Mentan Sebut Cadangan Beras RI ‘Banjir’, Tapi Kok Mahal?

upah.co.id – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan, stok beras di Indonesia saat ini tidak ada masalah. Bahkan ia tak segan mengatakan dalam kondisi overstock (‘banjir’ pasokan) alias berlimpah.

Menurutnya, data beras kini juga tidak lagi menjadi persoalan karena sudah mengacu satu data pada Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan Survei Cadagangan Beras Nasional 2022 per akhir Juni 2022, tercatat stok beras di Indonesia 9,71 juta ton.

“Kita sudah sepakat kalau semuanya menggunakan satu data milik BPS. Bahkan ini tahun lah di mana produksi beras kita terbesar itu data BPS, kalau enggak percaya data BPS data siapa lagi?” kata Syahrul di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (28/11/2022).

Selain itu, dia mengaku tidak hanya menerima laporan stok beras dari situ saja, melainkan juga dari gubernur hingga bupati di daerah-daerah dan hasilnya pun sama stok beras aman. Ia memastikan Kementan juga memiliki data beras berdasarkan pemantauan satelit.

“Dari bawah laporan bupati oke, laporan dari gubernur juga seperti itu. Kita menggunakan digital standing crop, pemantauan satelit, dan satelit tidak ada yang menunjukkan ada yang fuso, adalah yang bencana sedikit tapi kan di bawah 0,22%,” ucap dia.

Syahrul pun mengaku sudah siap menyuplai beras berdasarkan data-data stok itu ke Perum Bulog, sebagaimana yang telah diperintahkan DPR pada rapat dengar pendapat Rabu (23/11) lalu. DPR memberi waktu 6 hari untuk memenuhi stok beras Bulog yang dianggap sudah menipis.

“Mau 6 hari mau 1 hari datanya ada kok, panen juga sudah jalan dari tahun ke tahun kita overstock. Tentu saya tidak teknis tapi kalau kau mau beli pasti ada, intinya seperti itu,” ujar Syahrul.

Kendati begitu, Syahrul mengakui, harga beras itu tentu telah mengalami perubahan, seiring dengan naiknya harga-harga setelah naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Meskipun dari sisi stok terus mencukupi permintaan.

“Paling-palingkan bersoal dengan harga. Harga jangan ditanya lagi dong, kalau harga BBM sana sini naik pasti ada kenaikan,” ujar Syahrul.

Dengan sata stok beras yang ada di tengah kenaikan harga-harga barang, Syahrul enggan mengomentari perlu tidaknya impor beras saat ini. Menurut dia, yang pasti kini stok beras sudah ada, sehingga tak perlu dicari ke luar negeri.

“Jangan tanya saya kalau soal itu, itu kan kebijakan. Kau kalau sudah punya baju harus beli baju lagi? Untuk apa? Kecuali kalau mau gaya,” kata Syahrul.

Sebelumnya, Sekjen Koperasi Pedagang Beras Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Nellys Soekidi menjelaskan sejumlah faktor pemicu kenaikan harga beras.

“Bulan 11, 12, dan 1 itu sudah menjadi kebiasaan harga di bulan-bulan ini harus diantisipasi karena paceklik. Biasanya, di bulan-bulan tersebut pemerintah mengintervensi pasar untuk menekan harga. Perum Bulog melakukan KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga/ sebelumnya operasi pasar/ OP),” kata Nellys kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (28/11/2022).

“Untuk intervensi itu diperlukan peluru, buffer stock yang cukup. Pertanyannya, stok Bulog yang sekarang di bawah 600 ribu ton itu bukan stok yang ideal untuk mengantisipasi kenaikan harga,” tambahnya.

Menurutnya, Bulog harus menambah stok beras yang dikuasai sehingga bisa segera memasok ke pasar.

“Mengisi buffers stock agar ideal itu bisa dari mana-mana. Kalau dari dalam negeri kurang, impor. Impor bukan berarti nggak benar. Itu juga kalau masih ada barangnya di luar,” kata dia.

“Kalau nanti terjadi sesuatu, lalu tidak ada cadangan beras pemerintah, siapa yang tanggung jawab,” lanjutnya.