Upah – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa lima pilar yang ada dalam Strategi Nasional (Stranas) percepatan penurunan stunting perlu lebih diperhatikan oleh seluruh pemerintah daerah (pemda) yang ada.

“Mencapai target 14 persen pada tahun 2024 bukanlah tugas yang mudah. Terlebih, masih ada berbagai tantangan yang perlu diatasi secara bersama-sama,” kata Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso dalam acara FMB9: Langkah Penting Turunkan Stunting yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Teguh menyatakan bila penanganan stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan semua pihak terkait. Dalam upaya penanganan stunting, BKKBN pun telah merumuskan strategi dalam lima pilar dan diharapkan hal ini diikuti oleh semua pemda sebagai pedoman dalam pengentasan stunting, bersamaan dengan ketetapan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021.

Apalagi hasil dalam data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada 2022 masih tinggi yakni sebesar 21,6 persen, meskipun sudah mengalami penurunan dari tahun lalu.

“Melalui upaya pemerintah dalam menekan angka stunting tersebut, pada 2023 saya berharap prevalensi stunting berhasil menurun menjadi 17,8 persen,” katanya.

Dengan demikian, Teguh meminta agar pemda memperhatikan betul lima pilar yang ada yakni komitmen berkelanjutan dari para pemimpin, peningkatan literasi masyarakat, konvergensi dan keterpaduan lintas sektor, pemenuhan gizi yang tepat dan terakhir, penguatan sistem pemantauan dan evaluasi.

“Penguatan lima pilar ini menjadi langkah penting dalam upaya menekan angka stunting di Indonesia. Dengan adanya komitmen bersama dari berbagai pihak, diharapkan bahwa target penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024 dapat tercapai,” ucapnya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ikut menekankan di wilayahnya, terdapat program penanggulangan stunting yang melibatkan peran aktif dari masyarakat secara gotong royong.

Melalui program Surabaya Hebat, para relawan mendatangi rumah-rumah keluarga mampu yang awalnya enggan datang ke posyandu menggunakan pendekatan kekeluargaan guna mengubah pola pikir masyarakat untuk mengikuti program posyandu dan menerima layanan kesehatan yang disediakan.

“Tidak hanya itu, program penanggulangan stunting di Surabaya juga melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi dan institusi lainnya. Para mahasiswa dan dosen turun ke kampung-kampung untuk memberikan pendampingan dan edukasi kepada masyarakat seputar gizi dan penanggulangan stunting,” ujar dia.